Halaman

Senin, 28 November 2011

TEMAN - TEMAN ALUMNI ANGKATAN 83-86

 Aris Haryanto, Slamet, Rohmat

 
 Rohmad

 Slamet 

 Yasin  dan Khosiyah

 Yang Pake Kerudung Ijo Hartini, 
kerudung merah ....... alumni MTsN Klaten (kwoso)
 Dari kiri Yasin, Suroso, Aris dan Suparmin
 Slamet (Jimbung)
 
H. Tumirin ( Jimbung )



Minggu, 28 Agustus 2011

INILAH FROFIL ALUMNI MTsN MLINJON KLATEN



                                                         


PASANGAN SERASI YANG SATU INI SELALU AKTIF 
SILATURAHMI ALUMNI MTSN MLINJON 
DI JABODETABEK



BAGI YANG KENAL AYO TEBAK !!!!!!!
 BERGABUNG TUK SILATURAHMI DENGAN PARA ALUMNI MTSN MLINJON KLATEN
BERBUAT SESUATU YANG BERMAKNA BAGI HIDUP DAN KEHIDUPAN


Jumat, 12 Agustus 2011

SEJARAH MTSN MLINJON


MTs Negeri Mlinjon Adalah Madrasah yang pertama kali dan terbesar di Kabupaten Klaten. MTs Negeri Mlinjon merupakan sekolahan yang sederajat dengan SMP/SLTP, namun MTs ini memiliki nilai plus (+) yang tidak dimiliki oleh sekolahan yang lain. Yaitu plus dalam pendidikan keagamaan dan plus dalam ilmu pengetahuan umum.
 
Sejarah :
Sekitar tahun 1953 berdiri Madrasah Yayasan Mambaul ‘ulum yang bernama Madrasdah Tsanawiyah Agama Islam (MTs AI) Mambaul ‘ulum Mlinjon Klaten dengan alamat Mlinjon, Tonggalan, Kecamatan Kota Klaten, Kabupaten Klaten yang mempunyai rombongan belajar kelas 1, 2, dan 3 masing-masing satu kelas , Jumlah Pengajar 13, dan Tata Usaha 9 sedangkan tempatnya masih menyewa di rumah Bpk. Mohammad Kasri.
Bapak Moh Amin pada waktu itu selaku kepala Madrasah merangkap sebagai Pegawai Pengadilan Agama Kabupaten Klaten selalu berusaha Madrasah yang dipimpinnya menjadi madrasah negeri. Pada tahun 1968 usaha Pak Moh Amin ini berasil yaitu dengan keputusan Menteri Agama No. 203 tahun 1968 tentang Penegerian Madrasah Tsanawiyah Mambaul ‘ulum menjadi Madrasah Tsanawiyah Aagama Islam Negeri (MTsAIN) di Klaten mulai tahun ajaran 1968 ( 1 Januari 1968) yang ditetapkan di Jakarta tangga l 5 September 1968.
Madrasah Tsanawiyah Agama Islam Negeri (MTsAIN) Mlinjon Klaten diresmikan pada:
Hari / Tanggal    :  Rabu, 20 September 1968
Tempat        : di Rumah Bpk. Muhammad Nasri (MTsAIN) Mlinjon Tonggalan Klaten
Waktu        :  Jam 10.00 WIB.
Adapun acara peresmian pada saat itu yaitu :
1.     Pembukaan
2.    Pembacaan ayat suci Alqur’an
3.    Pembacaan SK Menteri Agama tentang Penegerian MTsAIN oleh  Kepala Kapendag Kab. Klaten Bapak Soemardjo.
4.    Saambutan-sambutan
 a.   Kepala MTsAIN
     b.  Kepala Kapendag Kab. Klaten
     c.  Bupati Klaten dilanjutkan Peresmian pembukaan papan Nama
5.    Penutup.

Pada acara pelantikan ini dihadiri oleh :
1.    Kepala Kapendag Kabupaten Klaten Bapak Soemardjo
2.    Kepala KUA Kabupaten Klaten Bapak Amir Ma’sum
3.    Pengawas / Pemilik Bapak Alwi Soedarmo
4.    Bupati Kabupaten  Klaten Bapak Soetiyoso

Sejak Madrasah menjadi negeri, semua peralatan yang berupa meja, kursi, almari dan perlengkapan pendidikan milik Yayasan Mambaul ‘ulum diserahkan kepada Madrasah Tsanawiyah Negeri Agama Islam (MTsAIN) Mlinjon Klaten. Dan perkembangan siswanya dari tahun ke tahun setelah menjadi Madrasah Negeri  bertambah.
Sejak berdiri hingga sekarang madrasah mengalami 3 kali perubahan nama, tempat pendidikan dan Kepala  sebagai berikut :
a.    Nama Madrasah
1.    Tahun 1953 s/d 1968 bernama Madrasah Tsanawiyah Agama Islam (MTsAI) Mambaul ‘ulum Mlinjon Klaten.
2.    Tahun 1968 s/d  1978 bernama Madrasah Tsanawiyah Agama Islam Negeri (MTsAIN) Mlinjon Klaten.
3.    Tahun 1978 s/d sekarang bernama Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Mlinjon Klaten.
b.    Tempat Pendidikan
1.    Tahun 1953 s/d tahun 1968 di rumah Bapak Muhammad Kasri.
2.    Tahun 1968 s/d 1983 Di Komplek Masjid Mlinjon dan SD Muhammadiyah Tonggalan.
3.    Tahun 1983 s/d sekarang di Komplek MTsN Mlinjon di Gumulan Klaten Tengah.
c.    Nama Kepala Madrasah
1.    Tahun 1953 s/d tahun 1973 Bapak Moh Amin.
2.    Tahun 1973 s/d tahun 1991 Bapak Abu Dzar Taswirul Adnan, BA.
3.    Tahun 1991 s/d (2001) Bapak Drs. Supartono.
4.    Tahun 2001 s/d sekarang Bapak Drs. Sunarto, M.Pd. 


 SUMBER : WEBSITE MTSN MLINJON

Sabtu, 06 Agustus 2011

IDUL FITRI PERAYAAN UMAT ISLAM


Idul Fitri
Nama resmi
Eid, Eid ul-Fitr Arab: عيد الفطر
Disebut juga
Idul Fitri, Hari Lebaran (Indonesia); Hari Raya Puasa, Hari Lebaran (Malaysia); Riyoyo, Ngaidul Fitri (Jawa); Boboran Siyam (Sunda); Shemai Eid (Bangladesh); Ramazan Bayramı (Turki)
Dirayakan
Ummat Muslim
Jenis
Hari libur agama
Makna
Ditandai dengan berakhirnya bulan Ramadan, bulan puasa
Tanggal
Tanggal tahun 2010
Perayaan
Ibadah, memberikan hadiah, berkunjung ke sanak keluarga ataupun tetangga, mudik, berhias
Kegiatan
Berhubungan dengan
Ramadan yang berlangsung selama 29-30 hari setelah terbenamnya matahari pada hari terakhir. Idul Adha, yang disambut 70 hari kemudian
Idul Fitri (Bahasa Arab: عيد الفطر ‘Īdu l-Fiṭr) adalah hari raya umat Islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawal pada penanggalan Hijriyah. Karena penentuan 1 Syawal yang berdasarkan peredaran bulan tersebut, maka Idul Fitri atau Hari Raya Puasa jatuh pada tanggal yang berbeda-beda setiap tahunnya apabila dilihat dari penanggalan Masehi. Cara menentukan 1 Syawal juga bervariasi, sehingga boleh jadi ada sebagian umat Islam yang merayakannya pada tanggal Masehi yang berbeda. Pada tanggal 1 Syawal, umat Islam berkumpul pada pagi hari dan menyelenggarakan Salat Ied bersama-sama di masjid-masjid, di tanah lapang, atau bahkan jalan raya (terutama di kota besar) apabila area ibadahnya tidak cukup menampung jamaah.

Ibadah dan tradisi pada Idul Fitri
Idul Fitri menandai berakhirnya puasa pada bulan Ramadan.
Salat Idul Fitri biasanya dilakukan di lapangan. Adapun hukum dari Salat Idul Fitri ini adalah sunnah mu'akkad. Sebelum salat, kaum muslimin mengumandangkan takbir. Adapun takbir adalah sebagai berikut:
Arab
Latin
Terjemahan
الله أكبر الله أكبر الله أكبر
Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar
Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar
لا إله إلا الله
la ilaha illa Allah
Tidak ada Tuhan selain Allah
الله أكبر الله أكبر
Allahu akbar, Allahu akbar
Allah Maha Besar, Allah Maha Besar
ولله الحمد
wa li-illahi al-hamd
Segala puji hanya bagi Allah
Takbir mulai dikumandangkan setelah bulan Syawal dimulai. Selain menunaikan Salat Sunnah Idul Fitri, kaum muslimin juga harus membayar zakat fitrah[1][2] sebanyak 2,7 kilogram bahan pangan pokok. Tujuan dari zakat fitrah sendiri adalah untuk memberi kebahagiaan pada kaum fakir miskin. Kemudian, Khutbah diberikan setelah Salat Idul Fitri berlangsung, dan dilanjutkan dengan do'a. Setelah itu, kaum muslimin saling bermaaf-maafan. Terkadang beberapa orang akan berziarah mengunjungi kuburan.[3]
Idul Fitri di berbagai wilayah
Asia
Asia Tenggara
Hidangan ketupat yang biasa disajikan dalam Hari Raya Idul Fitri
Umat Islam di Indonesia menjadikan Idul Fitri sebagai hari raya utama, momen untuk berkumpul kembali bersama keluarga, apalagi keluarga yang karena suatu alasan, misalnya pekerjaan atau pernikahan, harus berpisah. Mulai dua minggu sebelum Idul Fitri, umat Islam di Indonesia mulai sibuk memikirkan perayaan hari raya ini, yang paling utama adalah Mudik atau Pulang Kampung, sehingga pemerintah pun memfasilitasi dengan memperbaiki jalan-jalan yang dilalui. Hari Raya Idul Fitri di Indonesia diperingati sebagai hari libur nasional, yang diperingati oleh sebagian besar masyarakat Indonesia yang memang mayoritas Muslim. Biasanya, penetapan Idul Fitri ditentukan oleh pemerintah, namun beberapa ormas Islam menetapkannya berbeda. Idul Fitri di Indonesia disebut dengan Lebaran, dimana sebagian besar masyarakat pulang kampung (mudik) untuk merayakannya bersama keluarga. Selama perayaan, berbagai hidangan disajikan. Hidangan yang paling populer dalam perayaan Idul Fitri di Indonesia adalah ketupat, yang memang sangat familiar di Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura. Bagi anak-anak, biasanya para orang tua memberikan uang raya kepada mereka. Selama perayaan, biasanya masyarakat berkunjung ke rumah-rumah tetangga ataupun saudaranya untuk bersilaturahmi, yang dikenal dengan "halal bi-halal",[4] memohon maaf dan keampunan kepada mereka. Beberapa pejabat negara juga mengadakan open house bagi masyarakat yang ingin bersilaturahmi.
Di Malaysia, Singapura, dan Brunei, Idul Fitri dikenal juga dengan sebutan Hari Raya Puasa atau Hari Raya Aidil Fitri. Masyarakat di Malaysia dan Singapura turut merayakannya bersama masyarakat Muslim diseluruh dunia. Seperti di Indonesia, malam sebelum perayaan selalu diteriakkan takbir di masjid ataupun mushala, yang mengungkapkan kemenangan dan kebesaran Tuhan. Diperkampungan, biasanya banyak masyarakat yang menghidupkan pelita atau panjut, atau obor di Indonesia. Banyak bank, perkantoran swasta ataupun pemerintahan yang tutup selama perayaan Idul Fitri hingga akhir minggu perayaan. Masyarakat disini biasanya saling mengucapkan "Selamat Hari Raya" atau "Salam Aidil Fitri" dan "Maaf lahir dan batin" sebagai ungkapan permohonan maaf kepada sesama. Di Malaysia juga ada tradisi balik kampung, atau mudik di Indonesia. Disini juga ada tradisi pemberian uang oleh para orang tua kepada anak-anak, yang dikenal dengan sebutan duit raya.[5][6]
Umat Muslim adalah minoritas di Filipina, sehingga sebagian besar masyarakat tidak begitu familiar dengan perayaan ini. Namun, perayaan Idul Fitri sudah diatur sebagai hari libur nasional oleh pemerintah dalam Republic Act No. 9177 dan berlaku sejak 13 November 2002.[7]
  Asia Selatan
Di Bangladesh, India, dan Pakistan, malam sebelum Idul Fitri disebut Chand Raat, atau malam bulan. Orang-orang mengunjungi berbagai bazar dan mal untuk berbelanja, dengan keluarga dan anak-anak mereka. Para perempuan, terutama yang muda, seringkali satu sama lain mengecat tangan mereka dengan bahan tradisional hennadan serta memakai rantai yang warna-warni.
Cara yang paling populer di Asia Selatan selama perayaan Idul Fitri adalah dengan mengucapkan Eid Mubarak kepada yang lain. Anak-anak didorong untuk menyambut para orang tua. Didalam penyambutan ini, mereka juga berharap untuk memperoleh uang, yang disebut Eidi, dari para orang tua.
Di pagi Idul Fitri, setelah mandi dan bersih, setiap Muslim didorong untuk menggunakan pakaian baru, bila mereka bisa mengusahakannya. Sebagai alternatif, mereka boleh menggunakan pakaian yang bersih, yang telah dicuci. Orang tua dan anak laki-laki pergi ke masjid atau lapangan terbuka, tradisi ini disebut Eidgah, salat Ied, berterimakasih kepada Allah karena diberi kesempatan beribadah di bulan Ramadan dengan penuh arti. Setiap Muslim diwajibkan untuk membayar Zakat Fitri atau Zakat Fitrah kepada fakir miskin, sehingga mereka dapat juga turut merayakan hari kemenangan ini.
Setelah salat, perkumpulan itu dibubarkan dansetiap Muslim saling bertamu dan menyambut satu sama lain termasuk anggota keluarga, anak-anak, orang tua, teman dan tetangga mereka.
Sebagian Muslim juga berziarah ke makam anggota keluarga mereka untuk berdoa bagi keselamatan almarhum. Biasanya, anak-anak mengunjungi sanak keluarga dan tetangga yang lebih tua untuk meminta maaf dan mengucapkan salam.
Setelah bertemu dengan teman dan sanak keluarganya, banyak orang yang pergi ke pesta-pesta, karnaval, dan perayaan khusus di taman-taman (dengan bertamasya, kembang api, mercon, dan lain-lain). Di Bangladesh, India, dan Pakistan, banyak dilakukan bazar, sebagai puncak Idul Fitri. Sebagian Muslim juga memanfaatkan perayaan ini untuk mendistribusikan zakat mal, zakat atas kekayaannya, kepada orang-orang miskin.
Dengan cara ini, umat Muslim di Asia Selatan merayakan Idul Fitri dalam suasana yang meriah, sebagai ungkapan terima kasih kepada Allah, dan mengajak keluarga mereka, teman, dan para fakir miskin, sebagai rasa kebersamaan.
  Arab Saudi
Di Arab Saudi, tepatnya di Riyadh, umat Islam mendekorasi rumah saat Idul Fitri tiba. Sejumlah perayaan digelar seperti pagelaran teater, pembacaan puisi, parade, pertunjukan musik, dan sebagainya. Soal menu Lebaran, umat Islam di sana menyantap daging domba yang dicampur nasi dan sayuran tradisional. Hal ini juga terjadi di Sudan, Suriah, dan beberapa negara Timur Tengah lainnya.[8]
  Cina
Di Cina, tepatnya di Xinjiang, perayaan Lebaran justru tampak meriah. Kaum pria mengenakan jas khas dan kopiah putih, sementara wanita memakai baju hangat dan kerudung setengah tutup. Seusai salat Idul Fitri, pesta makan dan bersilaturahim pun dilakukan.[8]
  Iran
Lebaran di Iran justru kurang semarak. Hal ini karena mayoritas umat Islam di sana adalah pengikut ajaran Syiah. Setelah salat Idul Fitri di masjid atau lapangan, mereka cukup melanjutkannya dengan acara silaturahmi bersama keluarga dan ditutup dengan acara pemberian makanan dari keluarga kaya kepada yang kurang mampu.[8]
  Eropa
Di Eropa, perayaan Idul Fitri tidak dilakukan dengan begitu semarak. Di Inggris misalnya, Idul Fitri tidak diperingati sebagai hari libur nasional. Kaum muslimin di Inggris harus mencari informasi tentang hari Idul Fitri. Biasanya, informasi ini didapat dari Islamic Centre terdekat atau dari milis Islam. Idul Fitri dirayakan secara sederhana di Inggris. Khotbah disampaikan oleh Imam masjid setempat, dilanjutkan dengan bersalam-salaman. Biasanya di satu area dimana terdapat banyak kaum Muslimin disana, kantor-kantor dan beberapa sekolah di area tersebut akan memberikan satu hari libur untuk kaum muslimin. Untuk menentukan hari Idul Fitri sendiri, para ulama dan para ahli agama Islam sering mengadakan rukyat hisab untuk menentukan hari raya Idul Fitri.
  Turki
Di Turki, Idul Fitri dikenal dengan sebutan Bayram (dari bahasa Turki). Biasanya setiap orang akan saling mengucapkan "Bayramınız Kutlu Olsun", "Mutlu Bayramlar", atau "Bayramınız Mübarek Olsun". Pada Idul Fitri, masyarakat biasanya menggunakan pakaian terbaik mereka (dikenal sebagai Bayramlik) dan saling kunjung mengunjungi ketempat orang-orang yang mereka kasihi seperti keluarga, tetangga, dan teman-teman mereka serta menziarahi kuburan keluarganya yang telah tiada.
Pada masa itu, orang yang lebih muda akan mencium tangan kanan mereka yang lebih tua dan menempatkannya di dahi mereka selagi mengucapkan salam Bayram. Para anak-anak kecil juga biasa mendatangi rumah-rumah disekitar lingkungannya untuk mengucapkan salam, dimana mereka biasanya diberikan permen, cokelat, permen tradisional seperti Baklava dan Lokum, atau sejumlah kecil uang.
  Amerika
  Amerika Utara
Umat Muslim di Amerika Utara pada umumnya merayakan Idul Fitri dengan cara yang tenang dan khidmat. Karena penetapan hari raya bergantung pada peninjauan bulan, seringkali banyak masyarakat tidak sadar bahwa hari berikutnya sudah Idul Fitri. Masyarakat menggunakan metode yang berbeda untuk menentukan penghujung Ramadan dan permulaan Syawal. Orang Amerika Utara yang berada di wilayah timur bisa jadi merayakan Idul Fitri pada hari yang berbeda dibanding mereka yang di wilayah barat. Pada umumnya, penghujung Ramadan diumumkan via e-mail, website, atau melalui sambungan telepon.
Umumnya, keluarga Muslim di Barat akan bangun sangat pagi sekali untuk menyiapkan makanan kecil. Setiap orang didorong untuk berpakaian formal dan baru. Banyak keluarga-keluarga yang memakai pakaian tradisional dari negara mereka, karena kebanyakan Muslim disana ialah imigran. Selanjutnya mereka akan pergi ke majlis yang paling dekat untuk salat. Salat itu bisa diadakan di masjid lokal, ruang pertemuan hotel, gelanggang, ataupun stadion lokal. Salat Idul Fitri sangat penting, dan umat Muslim didorong untuk salat Id memohon ampunan dan pahala. Setelah salat, ada kutbah dimana imam memberikan nasihat bagi jamaahnya dan biasanya didorong untuk mengakhiri setiap kebencian ataupun kesalahan lampau yang mungkin mereka punya. Setelah salat dan kutbah, para jamaah saling memeluk dan satu sama lain saling mengucapkan selamat Idul Fitri. Muslim di Amerika Utara juga merayakan Idul Fitri dengan cara saling memberi dan menerima hadiah kepada keluarga.
Empire State Building di New York City, Amerika Serikat, memancarkan lampu-lampu berwarna hijau sebagai penghormatan terhadap hari raya Idul Fitri pada tanggal 12-14 Oktober 2007.[9]
  Idul Fitri dalam kalender Masehi
Lihat pula: Kalender Islam
Dalam kalender Islam, penetapan hari Idul Fitri selalu sama setiap tahunnya, hal ini berbeda dalam kalender Masehi yang selalu berubah dari tahun ke tahun. Dalam kalender Islam penetapan hari ialah berdasarkan fase bulan (kalender lunar), sedangkan kalender Masehi berdasar fase bumi mengelilingi matahari (kalender solar). Perbedaan inilah yang menyebabkan penetapan Idul Fitri selalu berubah di dalam kalender Masehi, yakni terjadi perubahan 11 hari lebih awal setiap tahunnya. Perkiraan hari Idul Fitri dalam kalender Masehi ialah sebagai berikut:
Hijriah
Masehi

1421

1422

1423

1424

1425

1426

1427

1428

1429

1430

1431

1432

1433

1434

1435

1436

1437

1438

1439

1440




Minal 'Aidin wal-Faizin


Minal 'Aidin wal-Faizin adalah tradisi yang biasa diucapkan antara sesama muslim Indonesia saat merayakan Idul Fitri, setelah menunaikan ibadah puasa pada bulan ramadan. Ucapan ini secara harfiah diterjemahkan menjadi "dari (yang) kembali dan berhasil", secara umum ditejemahkan "Semoga kita semua tergolong mereka yang kembali (ke fitrah) dan berhasil (dalam latihan menahan diri)" [1][2]

Perselisihan

Mengucapkan kata "Minal 'Aidin wal-Faizin" di saat hari Idul Fitri maupun Idul Adha, merupakan budaya umat Islam di Indonesia, biarpun berbahasa Arab, ucapan ini tidak akan dimengerti maknanya oleh orang Arab, dan kalimat ini tidak ada dalam kosa kata kamus bahasa Arab, dan hanya dapat dijumpai makna kata per katanya saja. Tidak ada dasar-dasar yang jelas tentamg ucapan ini, baik berupa hadist atau lainnya. Berdasarkan hadist pada saat hari Raya para sahabat saling mengucapkan "Taqobbalallahu minna waminkum" yang artinya "semoga Allah menerima amalku dan amal kalian".
Penulisan yang benar:
  • . Minal 'Aidin wal Faizin = Penulisan yang benar.
  • . Minal Aidin wal Faizin = Juga benar berdasar ejaan Indonesia.
Ucapan "Minal 'Aidin wal-Faizin" tidak disarankan untuk diucapkan pada hari raya, sebagaimana Rasulullah mengucapkan "Taqabbalallahu Minna Wa Minkum" yang artinya "Semoga Allah menerima (amalan-amalan) yang telah aku dan kalian lakukan".

Referensi

1.       ^ Nurcholish Madjid, Prisma Pergeseran Budaya Jawa ke Budaya Indonesia [1]
2.       ^ Quraish Shihab, Lentera Hati [2]
Allah-green.svg 
Artikel bertopik Islam ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

Senin, 01 Agustus 2011

SILATURAHMI

Hakikat Silaturahmi

“Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan silaturrahim (Arham). Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”. (QS. 4:1)
Silaturahmi secara bahasa berasal dari dua kata, yakni silah (hubungan) dan Rahim (Rahim perempuan) yang mempunyai arti Hubungan nasab, sebagaimana ayat diatas kata al-Arham (rahim) diartikan sebagai Silaturahmi. Namun pada hakikatnya silaturahmi bukanlah sekedar hubungan nasab, namun lebih jauh dari itu hubungan sesama muslim merupakan bagian dari silaturrahmi, sehingga Allah SWT mengibarat kan umat Islam bagaikan satu tubuh. Sebagaimana firman-Nya, “Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (49:10).
Hubungan persaudaraan inilah yang menjadikan sesama muslim mempunyai kewajiban untuk saling membantu, saling menghormati, menjenguk ketika sakit, mengantarkan sampai ke kuburan ketika meninggal dunia, saling mendoakan, larangan saling mencela, menghasud dan lain sebagainya.
Al-Qur’an telah banyak menceritakan kisah terputusnya silaturahmi, padahal mereka mempunyai hubungan nasab. Diantaranya, Nabi Ibrahim AS menjadi jauh dengan bapaknya, karena seorang Musyrik. Malah doa nabi Ibrahim untuk bapaknya sendiri tidak dikabulkan oleh Allah SWT, sebagaimana firman-Nya, “Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun”. (QS. 9:114).
Nabi Luth AS harus berpisah dengan istrinya dikarenakan tidak mau mengikuti ajarannya, sehingga Allah SWT mengadzabnya bersama kaum yang lainnya, Nabi Nuh AS harus berpisah dengan anaknya Kan’an dikarenakan tidak mau mengikuti ajarannya, sehingga Allah SWT menenggelamkannya bersama umat yang lainnya. Begitupun dengan Nabi Muhammad SAW tidak bisa bersama-sama didalam surga bersama pamannya Abu Thalib, padahal pamannya sangat menjaga dan menyayangi beliau.
Untuk menghindari terputusnya silaturahmi, Allah SWT mengajarkan sebuah doa supaya senantiasa ada dalam keimanan,”Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (QS. 3:8)
Wallahu a`lam bi ash-Shawab.